Berawal dari pertemuan singkat yang telah direncanakan sebelumnya, gue bareng temen-temen yang lainnya berniat berkumpul di salah satu cafe di kota kembang. Hujan mengantarkan gue dan temen sampai ke cafe itu. Gue berdua, nunggu 2 orang lagi yang masih terjebak hujan di salah satu kosan temen gue itu.
Sejam, gue nunggu masih belum datang dan hujan masih mengguyur kota yang dijuluki Paris Van Java tersebut. Alhasil gue bareng temen gue yang udah di cafe tersebut memesan makanan dan minuman awalnya buat nemenin sambil nunggu mereka berdua.
Dua jam berlalu, kita berdua masih menunggu mereka datang, hujan sudah mulai reda, dan bintang-bintang sudah mulai menarik kembali sang bulan ke perapian. Kita berharap yang ditunggu sudah berada di jalan menuju ke tempat tujuan.
Tiga jam terasa cepat, yang ditunggu masih belum menampakkan diri, mereka masih di tempat yang tadi belum berpindah, karena hujan masih menghalanginya.
Angka empat menambah deratan jam yang sudah kita lewati buat nunggu mereka berdua, yang ditunggu masih belum beranjak. Emosipun tak bisa ditunda-tunda, diam itulah reaksi kita sampai mereka memberi tahu bahwa mereka sedang berada di jalan.
Lima jam sudah kita menunggu, yang tadi berada di jalan masih belum terlihat mendekati kita, emosipun semakin menjadi-jadi. Ternyata mereka Pergi ke tempat lain, Amarah tak bisa ditunda karena kita merasa gak dihargai, melihat kita rela menembus hujan dan berjalan kaki guna sampai ke tempat tujuan tepat waktu supaya yang akan kita bicarakan segera selesai.
Enam jam akhirnya waktu kita berdua menunggu, mereka datang menuju ke meja dimana kita sudah berada disana enam jam lamanya. Diam, masih diam itu salam pertama buat mereka.
"Gue berantem" celetuk temen gue yang duduk disamping gue, dia berantem dengan mantannya yang merupakan orang yang pernah deket dengan gue, alhasil gue suruh mantannya itu dateng ke tempat kita. Tiba-tiba salah satu gadget gue berdering, gue lihat ada pesan " Gue nitip dia, buat dia bahagia dan nyaman " intinya seperti itu, dan itu pesan dari mantannya temen gue yang barusan berantem. Gue kaget karena gak ngerti harus gimana, gue bilang ke temen gue itu, dia cuman merespon " udahlah, biarin ". Mendengar jawaban itu gue makin bingung apa yang harus gue lakuin, dan bagaimana gue harus jawab pesan itu. Akhirnya gue memberanikan diri buat bales pesan tersebut, " maksudnya? sini ke b***r, kita lagi ngumpul " hanya itu pesan yang bisa gue bales buat dia. Gak ada jawaban sama sekali.
Tanpa memperpanjang waktu kita langsung membicarakan hal yang sudah di rencanakan, kita ngobrol panjang lebar sampai jam menunjukkan pukul 3 dini hari, gue bareng temen gue pindah tempat ke salah satu tempat nongkrong karena tanggung waktu, sementara mereka langsung karena salah satunya mau pulang ke rumahnya shubuh nanti. Sampailah kita berdua di tempat tujuan, semua gadget lowbat, namun untungnya masih ada satu handphone gue yang jarang dipake masih ada baterainya 2%, gue langsung hubungi salah satu temen gue yang tadi yang sudah pulang buat nawarin nongkrong disini, tapi dia gak bisa. Akhirnya kita nongkrong berdua sampai pagi dan akhirnya pulang.
Bangun tidur jam 11, niat nongkrong ternyata kebablasan, temen gue yang berantem malem tadi gue chat nanyain jadi atau enggaknya kita nongkrong, ternyata dia lagi sama temennya namun dia bilang dia bakalan ke tempat gue karen sebelumnya gue kasih tau karena gue sendirian. Akhirnya dia datang dengan pakaian rapih karena pulang pemotretan. Kita pun ngobrol, cerita, curhat sampai gak kerasa waktu sudah malam dan akhirnya dia menginap di tempat gue. Besoknya, kita jadi nongkrong, kita pergi ke tempat ramen bertiga dengan temen gue satu lagi. Seperi biasanya kita ngobrol disana. Sampai akhirnya kita pulang, kita berdua balik ke tempat gue sementara temen gue yang baru gabung balik ke rumahnya. Malam pun tiba kembali, temen gue mau pulang dan gue masih sendirian di tempat gue. Sebelumnya gue rasa, gue punya rasa sama temen gue ini, cuman gue tau dia itu mantannya orang pernah deket sama gue, tapi gue tipikal orang yang terbuka di awal, akhirnya gue nyatakan perasaan itu karena gue gak mau munafik nanti. Memang sebelum bertemu kita berdua sudah sering chat seperti orang-orang yang lagi deket sebelumnya. Dibalik itu, akhirnya gue ikut ke tempat temen gue itu, sambil niat buat membantunya mengerjakan tugas.
Semalam gue di tempat dia, akhirnya tiba waktunya gue pulang ke kota gue. Petang harinya gue dianter dia ke terminal setelah sebelumnya membawa barang-barang gue ke tempat gue. Gue pulang, meninggalkan kota kembang yang sudah berubah menjadi kota yang banyak kenangan. Setelah itu, hari-hari yang gue lalui terasa berbeda, karena gue dan dia makin deket dan seperti merasakan hal yang sama. Sampai akhirnya 2 minggu ke depannya gue selalu ke tempat dia saat weekend. Kita berdua nongkrong bersama dan selalu bersama.
Gue pulang saat itu larut malam, dia dengan setia nganterin gue nyampe malem, akhirnya gue pulang dan sampai pukul 3 pagi, gue langsung ngasih tau dia kalau gue udah nyampe tapi gue gak berharap dia bales pesan gue, karena pasti dia sudah tidur. Tapi jam 4 handphone gue berdering dan ternyata darinya dia bales pesan gue. Pagi harinya, gue chat seperti biasanya dan dia bilang dia masih ngantuk, akhirnya gue suruh dia istirahat karena gue kasian sama dia. Sore harinya dia ngasih tau kalau sebenernya setelah nganterin gue dia gak langsung balik ke tempatnya, dia ke tempat mantannya dulu. Gue langsung bilang sama dia, " kenapa gak ngaish tau gue, padahal gue gak akan apa-apa. Toh mantannya dia juga adalah temen gue. " Tapi dia jawab, itu karena dia gak mau gue mikir yang enggak-enggak. Itulah yang bikin gue makin sayang sama dia. Minggu selanjutnya tanpa disadari dia mengatakan dia bingung, dia pengen menemui gue ke kota gue, cuman dia pengen ke jakarta karena ada acara keluarga. Akhirnya dia pergi ke jakarta dan bilang kalau dia kangen banget sama gue, akhirnya gue kembali ke kota kembang guna menemuinya, kita bertemu di salah satu tempat, dia baru pulang dan belum sempat ke tempatnya dulu. Dia nunggu gue, itu yang gue salut sama dia, dia setia menunggu. Akhirnya kita bertemu dan bersama lagi, kita main bersama, kita nongkrong berdua dan saat itu gue agak lama di kota kembang karena punya libur yang cukup. Setelah puas, akhirnya gue pulang. Gue ninggalin dia dengan perasaan yang semakin sayang. Gue ke Pangandaran sebelum ke Kota gue, gue kangen sama dia, karena setiap gue pulang ke Pangandaran, gue gak bisa ngasih kabar secara intensif kepadanya seperti biasanya. Akhirnya gue balik ke kota gue dengan perasaan lega karena gue pikir gue bisa seperti biasanya, komunikasi sama dia.
Tapi, pikiran gue salah. Dia berubah, dia berbeda, dia tidak seperti biasanya. Gue bingung apalagi gue tau kalau dia berubah karena sebelumnya mantannya dateng ke tempatnya. 4 Hari sudah dia seperti itu, akhirnya dengan kondisi sakit, kondisi tidak memungkinkan dan dengan uang secukupnya yang hanya buat transportasi saja gue paksain nemuin ke tempat dia. Di perjalanan gue ngerasa sakit gue makin parah, tapi gue berusaha buat ketemu sama dia. Akhirnya malam hari gue sampe ke tempatnya dan melihat dia sedang membereskan kamarnya, gua hanya melihat dari jauh dari bawah pohon dengan sinar gelap, dia mendekat cuman dia gak melihat. Akhirnya gue ngasih tau kalau gue ada di depan tempatnya. Saat itu kondisi gue udah drop banget, obat lupa gue bawa. Akhirnya gue minta izin buat masuk, akhirnya dia izinin dia masuk, gue berperilaku gue gak sakit. Gue gak mau bikin dia khawatir, walaupun gue tau dia udah acuh sama gue. Akhirnya ngomong berdua, intinya dia masih mikir kalau kita gak bersatu, karena kita berdua orang yang pernah deket dengan orang yang sama. Tujuan gue menemui dirinya, cuman pengen tau kenapa dia berubah dan mungkin itu jawabannya, tapi gue gak bisa menerima jawabannya secara gampang karena dia berubah secara tiba-tiba. Akhirnya temen dia yang juga temen gue dateng dengan niat mau nganterin gue pulang, padahal gue bisa jalan sendiri. Gue sudah merasa sakit hati saat itu, gue serasa dipermainkan walaupun dengan halus. Akhirnya gue maksain pulang dengan kondisi makin gak karuan, tapi dia halang-halangi karena waktu tidak memungkinkan. Setelah berantem sekian lama akhirnya gue bisa pulang. Tapi ternyata di susul gue dari belakang, dan masih menghalang-halangi. Di situlah gue semakin drop, dada gue semakin sakit, gue gak bawa obat tapi gue gak mau balik lagi ke tempat dia, gue gak mau ngerepotin dia lagi, gue gak mau sakit hati lagi. Tapi dia tetep maksa, gue pun sudah gak bertenaga akhirnya gue balik ke tempatnya, gue lemes saat itu dan gak tau lagi apa yang terjadi. Akhirnya gue terbangun dan masih berniat pulang. Gue gak mau sakit hati lagi. Akhirnya gue maksa dan dia masih menghalang-halanginya, akhirnya gue cuman pengen diem di luar. Akhirnya gue di luar sampai dini hari. Gue pengen pulang, tapi dia ngasih pilihan kalau gue pulang sekarang, dia nganterin atau gue pulang pagi dan sekarang tidur. Gue pengen pulang saat itu tapi gak mau dianterin, disamping waktu udah gak memungkinkan, dia juga besoknya mau ada ujian. Gue gak mau di sakit cukup gue yang sakit. Cukup lama gue sama dia saat itu memperdebatkan sampai dia pernah naik motor dan gue udah siap pulang tapi gue balik lagi karena gak mau dia keluar malem-malem. Akhirnya gue nginep di tempatnya. Pagi hari gue liat dia mainin handphone gue, gue biarin dia tapi ternyata dia menghapus semua photo berdua sama dia. Gue bingung saat itu gue natap dia lama sambil memegang tangannya. Gue udah sayang banget sama dia. Tapi untungnya gue masih punya cadangan photo berdua yang gue simpan di galery lock. Siang harinya dia pergi ke kampus dan gue pulang hanya gue bilang mau ketemu sama mantannya dia dulu, gue mau ngomong gue mau tanggung jawab atas perasaan gue sama dia. Tapi dia gak mau kayak gitu, akhirnya gue disuruh diem di tempatnya sampai dia pulang.
Ketika dia pulang, ternyata mantannya pun datang ke tempatnya, akhirnya gue ngobrol bareng mantannya nyeritain semua yang terjadi antara gue dan dia. Gue jujur saat itu, karena pikir itulah waktu yang tepat buat gue ngomong. Sebenernya gak mau ngomong semuanya cuman gue mikir kalau gue gak ngomong sekarang, kapan lagi. Gue gak mau mantannya tau sendiri tentang gue sama dia dan akhirnya benci kepada dia lebih-lebih benci. Gue gak apa-apa mantannya benci sama gue asal jangan benci sama dia karena ini salah gue, karena gue udah jujur dari awal kalau gue sayang sama dia. Akhirnya gue bilang, gue bakalan jujur tapi dengan syarat jangan pernah jauhin dia, gue gak mau dia dijauhin, karena gue tau dia masih sayang sama mantannya itu. Biarin gue yang jauhi sama semuanya karena perasaan gue ini, yang penting jangan sampe dia yang jauhi karena gue sayang banget sama dia. Akhirnya mantannya bilang iya, akhirnya gue ngomong semuanya jujur tentang gue dan dia. Mantannya bilang, kenapa gue sama dia gak bilang aja dari awal, gue jawab dia masih gak mau orang lain tau tentang kita. Karena dia tau gue sama dia adalah orang yang sma-sama pernah deket dengan orangnya yang sama yaitu mantannya yang saat itu sedang bersama kita. Dia gak ngomong karena dia masih menjaga perasaan mantan dan juga teman-temannya. Dan mungkin ini waktu yang tepat buat ngomong, buat mempertanggung jawabkan perasaan. Gue sebenernya gak mau punya rasa sayang sama dia yang tak lain mantannya orang yang pernah deket sama gue. Tapi gue gak bisa nawar, ini perasaan. Gue jujur dari awal, karena cinta itu bilang bukan diam. Akhirmya mantannya pergi meninggalkan kita berdua, dan gue tau perasaannya gimana saat itu, tapi gue mikir kalau gue gak jujur saat itu, gue gak mau terus berbohong dan berpura-pura ke semua orang. Ini saatnya!!! GUE TANGGUNG JAWAB ATAS PERASAAN GUE!!!
Gue siap nerima semua resiko yang bakalan datang dari semua karena perasaan gue ini.
Akhirnya gue chat mantannya itu, gue minta maaf sekali lagi atas perasaan gue. Dan gue gak mau kalau dia dijauhin.
Sore harinya gue pulang, setelah sekian lama gue diem di luar. Gue dianterin ke pinggir jalan naik motor sama dia walaupun gue gak mau ngerepotin dia lagi. Akhirnya gue dianterin, di jalan gue ngomong dan minta maaf kalau gue udah jujur. Terakhir gue ngomong kalau GUE SAYANG BANGET SAMA DIA!
Akhirnya gue pulang, dan sampai saat ini gue masih sayang sama dia dan gak tau harus gimana. Gue Sayang sama Dia. Gue Cinta sama Dia.
Gak masalah sekarang gue di cuekin, di acuhin. Karena gue tau ini resiko gue udah sayang sama dia. Gue ikhlas, gue selalu berusaha buat ngasih perhatian sama dia, gue selalu khawatir sama dia, gue peduli sama dia. Gue ikhlas rasa sayang gue seperti yang gak dianggap. Tapi gimana lagi, ini perasaan bukan sesuatu yang bisa dituker, bukan uang yang bisa didapatkan hanya dengan berusaha. Ini perasaan yang gak tau datang darimana dan gak tau pergi kapan. Gue sayang sama dia!!!
Maaf, kalau perasaan gue ini ngeganggu di hidupmu, membuat kamu risih. Tapi sekali lagi, ini perasaan.
Terakhir gue bilang, GUE SAYANG SAMA LO DAN GUE AKAN SETIA NUNGGU LO WALAUPUN GUE GAK TAU BATASNYA KAPAN. GUE SAYANG SAMA LO!!!!